TPID dan BPS Malut Bicara Inflasi Malut. Ini Hasilnya

Megasofifi.com- Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Maluku Utara dan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Maluku Utara kembali melakukan diskusi dan pembahasan terkait tingkat inflasi provinsi Maluku Utara per bulan Februari 2023. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa tingkat inflasi provinsi Maluku Utara untuk bulan Februari sesuai Rilis BPS pada tanggal 1 Maret 2023 adalah 6,86%.

Sekretaris TPID Provinsi Maluku Utara DR. Marwan Polisiri mengatakan dalam perhitungan Inflasi dibutuhkan 344 item barang dan jasa namun pada Kota Ternate hanya dihitung 20 sample yang semuanya itu berasal darai Volatery Goods atau Barang.

Perhitungan inflasi merujuk pada perhitungan IPH (Indeks Perubahan Harga) yang akan dihitung dalam setiap minggu dalam 1 tahun, dan Penyediaan Pangan yang akan dilaporkan datanya pada setiap bulan, sehingga dapat dihitung tingkat inflasi suatu daerah Month To Month ( MTM ) atau Year of Year ( YoY).

“Inflasi dihitung tiap bulan berdasarkan Indeks Perubahan Harga Pada tahun 2018 2022 Petani Maluku Utara menurun sebanyak 40 % hal ini Karena alih fungsi Tenaga kerja pada sektor industry Pertambangan”, Lanjut Marwan.
Dalam perhitungan inflasi pula dibutuhkan data harga barang yang valid agar kontribusi inflasi dan penyebabnya dapat diketahui. Untuk itu butuh koordinasi dengan Dinas Perindag Provinsi Maluku Utara untuk mengetahui data dari Petugas SP2K.

Marwan yang juga Karo Ekonomi provinsi Maluku Utara mengaktakan penyebab terjadinya kenaikan inflasi adalah dari sektor Makanan yaitu Beras dan Ikan juga dari sektor Transportasi Udara.
“Pemicu Bulan ini adalah Ikan dan beras karena beras merupakan hal yang memicu kenaikan inflasi secara nasional yang ditandai kenaikan harga beras yang dimulai pada Bulan November 2022”, lanjut Marwan.

Selain itu, hal yang menyebabkan adalah gagalnya Panen Raya karena cuaca ekstrim yang terjadi beberapa daerah penghasil. Kemudian, Ikan adalah pemicu utama inflasi di Maluku Utara dikarenakan kultur Masyarakat Maluku Utara yang selalu mengkonsumsi dan kebutuhan akan ikan segar sangat tinggi dan jarang sekali mengganti ikan dengan pangan substitusi lainnya seperti Tempe, Tahu dan Lain-lain.
Kemudian, Jumlah Nelayan yang sedikit sehingga hal ini membuat ketersediaan ikan dan tingkat Konsumsi berbanding terbalik sehingga sering terjadinya kelangkaan stok ikan dan kondisi ini akan diperparah dengan cuaca yang tidak bias diprediksi.

“Selain Ikan, Bawang Merah dan Cabai juga menjadi Pemicu Inflasi. Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Maluku Utara diharapkan dapat membangun Coldstorage khusus untuk Hasil Pertanian seperti Sayur, Tomat Cabai dan lain-lain”, Tutup Marwan.

Diketahui, Inflasi adalah suatu keadaan yang menunjukkan kenaikan harga harga barang dan jasa biasanya diikuti dengan kelangkaan penyediaan suatu barang dan jasa sesuai dengan relis yang disampaikan pemerintah provinsi Maluku Utara.(*/Tian).