Story Telling Sang Pejuang, Momentum Penting Pembentukan Provinsi Maluku Utara

SOFIFI– Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Provinsi Maluku Utara (Malut) menggelar ” Story Telling Sang Pejuang” yaitu ngobrol inspiratif bareng Ko Ipul Ruray, pejuang pembentukan Provinsi Maluku Utara. Kegiatan tersebut dibuka langsung Wakil Gubernur Maluku Utara, H. Sarbin Sehe, di Kantor Dikbud Malut, Kamis (09/10).

Mantan Ketua DPRD Provinsi Maluku Utara ini menilai usia ke-26 tahun Provinsi Maluku Utara pada 2025 harus menjadi momentum refleksi dan evaluasi menyeluruh terhadap arah pembangunan daerah.

Dirinya menegaskan, perjuangan panjang pembentukan Maluku Utara semestinya diimbangi dengan komitmen bersama untuk memperbaiki kualitas tata kelola pemerintahan dan pelayanan publik.

“Mudah-mudahan 26 tahun ini menjadi momentum untuk mengevaluasi diri agar kita bisa sama-sama berbuat baik untuk Maluku Utara. Ini provinsi yang paling berdarah-darah perjuangannya dibanding 38 provinsi lainnya di Indonesia,” ujar Syaiful

Syaiful Ruray yang juga sebagai tokoh pemekaran provinsi Maluku Utara ini mengingatkan bahwa Maluku memiliki sejarah panjang dalam pembentukan republik. Ia menyebut, wilayah Maluku merupakan satu dari delapan provinsi pertama yang dibentuk setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh Presiden Soekarno, namun proses pembagian wilayah Maluku dan Maluku Utara berlangsung paling lama dan penuh perjuangan.

“Maluku itu satu dari delapan provinsi awal kemerdekaan yang dibentuk satu hari setelah proklamasi oleh Soekarno dan GRIP pusat. Semua sudah terbagi, hanya Maluku yang belum terbagi,” ucapnya.

Dalam pandangannya, Gubernur Sherly Tjoanda dan Wakil Gubernur Sarbin Sehe harus memperkuat fokus pembangunan pada kebutuhan dasar masyarakat, terutama sektor infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. Menurutnya, program pendidikan gratis dan layanan kesehatan gratis perlu lebih digalakkan agar manfaatnya benar-benar dirasakan masyarakat di seluruh wilayah.

Syaiful yang juga mantan Anggota DPR RI, Dapil Maluku Utara ini menilai, kondisi geografis Maluku Utara yang luas dengan sebaran penduduk hanya sekitar 1,25 juta jiwa menuntut kebijakan pembangunan yang lebih merata. Ia mencontohkan, masih banyak wilayah terpencil yang belum terhubung secara optimal dengan pusat pemerintahan di Sofifi maupun pusat ekonomi di Ternate.

“Kita ini wilayahnya besar, penduduknya hanya sekitar 1.250.000 jiwa. Infrastruktur masih bermasalah, akibatnya orang di Bobong, Taliabu lebih senang ke Banggai Kepulauan dulu baru ke Jakarta daripada ke Ternate. Begitu juga di Kepulauan Sula, ekonominya tidak bergantung ke Ternate dan Sofifi,” katanya.

Ia pun berharap momentum hari jadi ke-26 tahun ini tidak hanya menjadi seremonial tahunan, tetapi menjadi titik balik pembangunan Maluku Utara yang lebih terintegrasi, adil, dan berorientasi pelayanan publik.

Sementara Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Abubakar Abdullah mengatakan, bahwa bangsa yang cerdas adalah bangsa yang tak melupakan sejarah. Karenanya dirinya menginisiasi kegiatan ini mengingat betapa pentingnya sejarah tersebut.

“Di momentum ini kita perlu tahu sejarah pembentukan Provinsi Maluku Utara.Setelah melihat penjelasan tadi, maka kami akan menginisiasi menindaklanjuti catatan – catatan pembentukan Maluku Utara untuk bisa diintegrasikan di kurikulum tingkat SMA,” tukasnya.

Menurut AKA, saat ini mereka sedang menyusun kurikulum muatan lokal sesuai dengan Pergub yang ada dan materi itu akan dipertimbangkan untuk dimasukkan dalam kurikulum nantinya. (Ian)